BAB II
PEMBAHASAN
KETERARAHAN KEPADA YANG BAIK
A.
Manusia berbuat untuk satu tujuan dan untuk
sesuatu yang baik
Menurut Aristoteles dalam
karyanya Ethica, ia menandaskan bahwa
manusia dalam semua perbuatannya, bagaimanapun juga mengejar sesuatu yang baik.
Ia juga merumuskan definisi baik sebagai sesuatu yang menjadi arah semua hal, sesuatu yang dikejar,
sesuatu yang dituju.Se`dangkan untuk definisi tujuan yaitu sesuatu yang untuknya sesuatu dikerjakan.
Setiap tujuan
adalah sesuatu yang baik, dan setiap hal yang baik adalah suatu tujuan. Suatu
tujuan tidak akan pernah dicari seseorang, apabila bukanlah sesuatu yang baik,
dan hal yang baik yang dicari adalah tujuan usaha mencarinya.
Metafisika
memandang yang baik dalam lingkungan yang sangat luas, maka dapat memperoleh
sesuatu yang baik dalam setiap hal. Tetapi Etika memandang yang baik terbatas
pada garis perbuatan-perbuatan manusiawi, dan sering menemukan bahwa garis
perbuatan-perbuatan itu tidak mudah terlihat.
Menurut Aristoteles,dalam etika
teleologis mengukur benar/salahnya tindakan manusia
dari menunjang tidaknya tindakan tersebut ke arah pencapaian tujuan (telos) akhir yang ditetapkan sebagai
tujuan hidup manusia. Setiap tindakan menurut Aristoteles diarahkan pada suatu
tujuan, yakni pada yang baik (agathos).
Yang baik adalah apa yang secara kodrati menjadi arah tujuan akhir (causa finalis) adanya sesuatu.
Pertanyaan pokok suatu teori moral (sebagaimana juga dimengerti oleh Sokrates dan Plato) adalah manakah yang
baik yang menjadi tujuan akhir hidup manusia dengan segala kegiatannya. Yang
baik yang menjadi tujuan akhir hidup manusia menurut dia adalah kebahagiaan
atau kesejahteraan (eudaimonia). Itulah
sebabnya teori etikanya sering disebut sebagai teori etika Eudaimonisme.
Aristoteles sadar bahwa ada banyak pendapat tentang apa yang membahagiakan, ada yang menganggap itu
kenikmatan, kekayaan, kekuasaan. Masalahnya sekarang adalah bukannya apa yang
senyatanya dicari manusia sebagai yang dianggap membahagiakan, melainkan apa
yang semestinya menjadi tujuan hidup manusia. Adakah manusia punya tujuan yang
paling pokok untuk mana tujuan-tujuan yang lain diarahkan? Kalau ini diketahui,
maka, menurut Aristoteles, inilah
yang menjadi tujuan akhir setiap tindakan manusia dan yang akan memberi
kebahagiaan sejati untuknya.
Unsur pertama dan utama kebahagiaan
dalam pandangan Aristoteles adalah kebijaksanaan.Hidup yang sempurna baginya
adalah hidup teoretis (kontemplasi kebenaran-kebenaran abadi). Kebahagiaan yang
sejati itu bersifat “final”, “cukup-diri”, dan merupakan tujuan akhir tindakan. Unsur kedua yang ada
dalam kebahagiaan menurut Aristoteles adalah hidup berkeutamaan.
Selain ketiga unsur dalam batin, menurut kebahagiaan juga mengandung unsur lain
seperti adanya sahabat (orang yang tidak punya sahabat hidupnya tidak bahagia),
adanya kesehatan (orang yang sakit-sakitan tidak bahagia), adanya kekayaan
(orang yang hidup kekurangan tidak bahagia), adanya nasib baik atau
keberuntungan.
Demikian kita lihat adanya taraf-taraf
dalam kebaikan.Kita bisa mencari sesuatu yang baik tidak demi yang baik itu
sendiri,tetapi sebagai suatu jalan untuk yang baik selanjutnya.Hal itu
diinginkan hanya karena membawa kearah sesuatu yang lebih diinginkan.Bisa juga
kita mencari sesuatu yang baik untuk pemuasan atau untuk menikmati apa yang
diperoleh dari sesuatu yang baik tadi,tanpa memikirkan,adakah hal yang baik
untuk seeluruh adaku,seluruh eksistensiku.Atau bisa juga kita mencari sesuatu
yang baik karena memberikan sumbangan terhadap kepada kesempurnaan adaku
sebagai suatu keseluruhan karena bisa diterapkan,bisa patut pada manusia
sebagai manusia.Sekarang menjadi mode dalam dunia filsafatorang bicara tentang
nilai,dan bukan yang baik.Tetapi tidak ada gunanya mempersoalkan istilah yang
praktis dan ekuivalen tersebut,karena suatu hal tidak dapat mempunyai nilai
selain sesuatu yang baik.Dan faktanya hal itu baiklah yang menyebabkan hal itu
bernilai.Akan tetapi nilai menekankan aspek subjektif dan objektifdari sesuatu
yang baik,dan bukan menyatakan ciri objektif dan mutlaknya.Nilai tidaklah
begitu berarti keisimewaannya,tetapi bagaimana menurut penilaianku,bukan
kesempurnaan intrinsiknya tetapi diperbandingkan dengan tata aturan
benda-benda.
Di atas telah dibicarakan bahwa perbuatan
manusia tentu selalu diarahkan kepada sesuatu yang baik,tetapi tidak selalu
kearah moral baik.Guna menentukan yang moral baik,perlu menghubungkan
tujuan-tujuan yang bermacam-macam itu kearah suatu tujuan terakhir yang
merangkum segalanya.Yidak hanya setiap perbuatan harus dijuruskan kearah suatu
tujuan,tetapi juga seluruh perbuatan manusiawi,seluru hidup manusia,harus
dijuruskan kepada suatu tujuan terakhir dan yang baik yang tertinggi.
Manusia dapat membebaskan jiwanya, bila ia telah cukup
mendapat pengetahuan sehingga mampu melihat ke atas, kedunia idea orang yang
telah mengisi hidupnya dengan berusaha mendapatkan pengetahuan akan dunia idea,
setelah meninggal jiwanya akan kembali memperoleh kebahagiaan melihat ideal
seperti sebelum terpenjaranya dalam tubuh. Menurut Plato, hidup manusia di dunia ini hanya sementara saja dan
mempunyai tujuan yang lebih luhur, yaitu untuk membebaskan jiwanya agar
memperoleh kebahagiaan. Tetapi manusia seringkali lebih tertarik pada dunia
materi, hanya mereka yang sungguh-sungguh berusaha sekuat tenaganya untuk bisa
berhasil naik kedunia ideal.
B.
Manusia berbuat untuk suatu tujuan dan sesuatu
yang baik yang tertinggi
Suatu hal bisa dituju untuk dirinya
sendiri atau untuk sesuatu yang lain.Yang pertama disebut tujuan,yang kedua
disebut jalan.suatu jalan selalu mendugakan suatu tujuan.Disebut jalan karena
tepat berada di antara si pelaku dan tujuan,dan bila dipakai maka sampailah si
pelaku ke tujuan.Hal yang sama bisa berupa jalan dan tujuan dalan aspek yang
berbeda karena bisa dicari,baik untuk dirinya sendiri maupun untuk sesuatu
lanjutannya.Sesuatu yang dicari demi dirinya sendiri,dan bukan demi sesuatu
lanjutannya,adalah suatu tujuan terakhir.Ini menutup deretan jalan dan
tujuan.Mungkin juga suatu tujuan terakhir dalam arti relatif,yakni berarti
menutup suatu deretan tertentu,tetapi seluruh deretan masih diarahkan kepada
tujuan lainnya.
Menerima titel akademis,misalnya,mengakhiri pendidikan universitas,tetapi
pendidikannya sendiri mempunyai tujuan lebih jauh.Tujuan terakhir yang kita
maksudkan disini adalah tujuan yang mutlak akhir,yang tidak diarahkan kepada
tujuan yang lebih jauh lagi,dan ke arah inilah segala sesuatu yang lainnya
diarahkan.Oleh karena itu tujuan dan yang baik identik,maka tujuan mutkak
terakhir sesuatu yang ada haruslah pula yang baik yang tertinggi.
Dalam suatu deretan jalan dan tujuan haruslah kita perbedakan tertib maksud
(order of intention) dan tertib pelaksanaan (order of execution).Yang pertama datang di kepala (order of intention) adalah tujuan, dan
jalan (means) dipilih dengan maksud
tercapainya tujuan.Tetapi dalam pelaksanaan kerja yang sebenarnya (order of execution),jalan haruslah
dipakai dahulu,dan terakhir tercapai adalah tujuan.
Apabila seorang memakai A untuk mendapatkan B,B untuk mendapatkan C,memakai
C untuk mendapatkan D, haruslah dia pertama-tama menginginkan D (kecuali bila
ia bertindak ngawur dan secara irasional);kemudian mengertu bahwa untuk
mendapatkan D ia butuh C,untuk mendapatkan C ia butuh B,dan untuk mendapatkan B
ia butuh A.Jadi rencananya adalah kebalikan dari perbuatannya/pelaksanaannya (intention-execution).Tujuan terakhir
disebut terakhir hanya karena terakhir dalam pelaksanaan,dan selalu pertama
dalam maksud (intention).
Seperti kita ketahui,seseorang haruslah mulai berbuat pada suatu saat.Dan
ia tidak bisa mulai berbuat bila tidak terdapat tujuan di dalam kepalanya,sebab
perbuatan dipilih sebagai jalan ke arah tujuan.Maka haruslah ia memiliki tujuan
terakhir dalam kepalanya sebelum ia bisa memulai perbuatan yang pertama,karana
tujuan terakhir menggerakan seluruh proses dan mendiktekan pemilihan atas semua
perbuatan yang dipakai sebagai jalan untuk pemenuhannya.Pada waktu permulaan
hidupnya manusia manusia belum mampu menjalankan kemanusiaannya.Hanya dengan
melalui proses lambat-laun dia bertumbuh,kemudian dia berpikir dan berkehendak
sendiri.Baru dalam taraf perkembangan itulah dia memasuki dunia moral,artinya
barulah dia membedakan yang baik dari yang buruk atau yang benar dan yang
salah,yang pantas untuk dilakukannya dan yang tidak pantas untuk dia
lakukan.Beralihnya gelap menjadi terang berjalan secara prosesual,dan tidak
dapat ditunjuk dengan tepat pada saat manakah terang mulai,seperti tidak dapat
dikatakan pula pada saat kapan buah yang hijau menjadi kuning.
Manusia
haruslah mempunyai suatu tujuan terakhir yang kearahnya ia menjuruskan
hidupnya,sesuatu yang baik yang merupakan puncak dari hierararki nilai-nilainya,entah
ia merumuskannya dengan tegas dan mengakuinya dengan sadar,atau entah
sebaliknya.Tetapi tidaklah cukup mempunyai suatu tujuan terakhir atau sesuatu
yang baik yang tertinggi.Karena ini bisa juga sesuatu yang baik dan yang semu
saja,padahal yang moral baik adalah sesuatu yang baik dan yang benar-benar
baik.
C.
Tujuan terakhir adalah satu dan sama untuk semua
Setiap individu hanya mempunyai satu
tujuan terakhir dan tidak beberapa,sebab bila kita menemukan sesuatu yang merupakan
tujuan terakhir,tidak perlulah kita mencari sesuatu yang lain disamping tujuan
terakhir itu.Semua manusia adalah serupa dalam memiliki tujuan akhir yang sama
dan tidak berbeda-beda,dan hanya jika demikian kia dapat pasti bahwa filsafat
moral adalah universal,sah untuk semua orang.Dengan kata lain,apabila seorang
mempunyai berbagai tujuan terakhir,tidak ada satupun yang bisa
memuaskannya,sebab bia telah bisa mencapai saah satu daripadanya,ia masih bisa
merindukan yang lainnya.Suatu tujuan terakhir karena merupakan sesuatu yang
baik yang tertinggi,harus memuaskan sepenuh-penuhnya.Argumen ini tidaklah
menyangkut bahwasannya tujuan terakhir mungkin juga banyak isinya,terdiri dari
sejumlah bagian atau sekumpulan objek yang diambil bersama dan lain-lain.Tetapi
disini disangkal bahwa bisa disangkal bahwa terdapat banyak objek yang
berbeda,dan masing-masing bisa merupakan tujuan terakhir sendiri-sendiri,dan
juga bisa disangkal bahwa terdapat banyak tujuan terakhir yang diantaranya kita
bisa memilih.Kita hanya mempunyai satu tujuan terakhir,kemungkinannya hanya
kita terima atau tidak kita terima,tetapi kita tidak mendapatkan gantinya.
Bahwasannya
semua orang mempunyai tujuan terakhir yang sama,jelas dari fakta bahwa semua
orang mempunyai kodrat manusia yang sama. Maka kebutuan-kebutuhan dasar yang
sama,kecenderungankecenderungan ruang dasar yang sama,selera-selera dan
keinginan ruang dasar yang sama atau kemampuan-kemampuan dasar yang sama yakni
secara subyektif tentang keputusan-keputusan mereka mengenai apa yang menyusun
tujuan terakhir tersebut,tetapi diantara keputusan-keputusan yang saling
bertentangan ini hanya satulah yang dapat objektif benar.Sedang apakah keputusan-keputusan
benar tersebut akan merupakan bagian terbesar dari penyelidikan kita.Di sini hanyalah
ita katakan:apapun hal tersebut haruslah sah untuk semua orang.
D.
Perbuatan-perbuatan manusia mendapatkan kebaikan
moralnya dari tujuan terakhir
Kita bedakan antara yang ontologis baik dan yang moral baik. Dan telah kita
tunjukan bahwa yang moral baik adalah yang selalu benar-benar baik sebagai
lawan dari yang semua baik,yang baik yang cocok menyempurnakan sebagai lawan
dari sekedar berguna atau menyenangkan.Dalam lapangan moral kita sebut
perbuatan-perbuatan baik,manusia baik,dan tujuan terakhir sesuatu yang baik. Manakah
diantaranya yang moral baik dalam arti pertama dan
mutlak:perbuatan-perbuatankah,manusiakah,atau tujuankah?
Manusia disebut moral baik apabila hidupnya dijuruskan kearah
terakhirnya,dan manusia ke arah tujuan yang terakhir. Sedangkan tujuan akhir
sendiri adalah selalu yang baik yang tertinggi,tidak peduli apakah manusia
sebenarnya mencarinya atau tidak. Maka tujuan terakhir adalah moral baik dalam
arti pertama dan mutlak.
Adakah
manusia disebut baik karena mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik,ataukah
perbuatan-perbuatan disebut baik karena perbuatan itu dikerjakan oleh orang
baik adalah persolan yang tidak penting artinya. Sebab kedua-duanya tidak bisa
diserbut baik tanpa dihubungksn dengan tujuan akhir manusia. Perbuatan-perbuatan
yang moral baik adalah jalan yang dipakai manusia untuk mencapai tujuannya. Meskipun
yang moral baik itu adalah yang cocok menyempurnakan,tetapi juga berguna karena
menolong tercapainya tujuan terakhir.
Yang sekedar berguna
menolong kearah suatu tujuan,mungkin cocok menyempurnakan mungkun tidak.Tetapi
apa yang berguna untuk tujuan terakhir ikut ambil bagian pada sifat cocok
menyempurnakan tujuan akhir ini.Tujuan akhir itu ada dahulu,dan
perbuatan-perbuatan moral baik adalah jalan ke arah itu. Manusia sendiri
bukanlah jalan dan bukan tujuan melainkan yang memakai jalan untuk mencapai
tujuan. Maka dapatlah kita merumuskan seseorang yang moral baik sebagai
berikut:seseorang yang menjuruskan dirinya ke arah tujuan terakhirnya dengan
melaksanakan perbuatan-perbuatan yang moral baik.
0 komentar:
Posting Komentar